Tak ada yang patut kukerjakan hari itu dan kuputuskan pergi belanja soft drink dan snacks ke super market yang sebetulnya tidak terlalu jauh dari rumahku.
Mobilku terpaksa kuparkir melintang dibelakang mobil lain, sebab penuhnya daerah parker. Inilah yang sering tidak diperhitungkan oleh para developer, bangunan dijadikan sebesar-besarnya melainkan fasilitas parker tak dipikirkan. Hakekatnya mereka mengharapkan customer banyak datang enggak sih?
Selesai belanja aku mengantre agak lama untuk membayar belanjaanku. Kemudian saya kembali ke daerah parkir mengambil mobilku. Tanpa seharusnya terburu-bur perlahan kujalankan kendaraan beroda empat keluar berbelok ke kiri meninggalkan temapat parkir super market yang penuh sesak itu.
Tidak berapa jauh dari super market tadi saya mengamati papan nama Panti Pijat SR! Aku sedang santai jadi apa salahnya mampir menyegarkan tubuh sedikit, pikirku sambil membelokkan mobilku ke halaman parkir yang cukup lega sebab cuma satu dua kendaraan beroda empat yang terparkir di sana ditambah beberapa sepeda motor.
Seorang wanita paruh baya menyambutku dengan tersenyum manis, “Ingin pijat mas, silahkan masuk” Saya masuk dan disodori album dengan sebagian foto sebagian pemijat yang ada. Perhatianku berminat dengan sepotong wajah manis. Walaupun umumnya foto dan aslinya lazimnya berbeda, tapi saya menentukan pilihanku dan mengembalikan album tersebut terhadap ibu yang bertingkah sebagai resepsionis tersebut. “Semakin saja bu!” kataku. “Oh, itu Ayu. Nanti aku panggilkan, silahkan ke kamar nomor 5 mas!”
Saya masuk ke kamar nomor 5 yang terletak paling ujung, ternya ada 10 kamar di dalam.
Tidak berapa lama masuk seorang wanita muda, kali ini aku kecele, sebab wajahnya jauh lebih cantik dari fotonya. Kulitnya putih, rambutnya panjang hingga ke pinggang, bibirnya tipis, tonjolan buah dadanya betul-betul mantap disertai pantat yang bulat dengan pinggang ramping. Dia mengenakan seragam celana panjang warna hitam dengan baju tangan pendek warna biru tua. Dengan halus dia menanyakan aku berharap minum apa. “Soft drink saja Mbak” jawabku.
Ia meninggalkanku sebentar dan kembali dengan sebotol Fanta Hijau dingin ditangan kanannya, sementara tangan kirinya membawa handuk dan body lotion.
“Kian minumnya mas,” katanya menyodorkan soft drink tersebut padaku. Kuterima minuman dingin itu, meneguknya sedikit, lalu bertanya, “Namanya siapa Mbak?” meski aku telah diberitahu oleh ibu yang didepan nama Mbak ini. “Ayu, mas. Acap pijat ke sini ya?” tanyanya kemudian. “Baru kali ini mbak” jawabku jujur. “Ooo.. sekiranya ke daerah lain kerap ya?” candanya. “Ah, enggak juga. Cari waktu luangnya agak sulit. Hari ini kebenaran agak lengang jadi dapat mampir kesini”
Setelah membuka segala pakaianku, saya hanya mengenakan handuk yang ada untuk menutupi tubuhku. Dengan tubuhku tengkurap, Ayu mulai menggarapku. Dimulai dari telapak kaki naik ke betis lalu ke paha. Tampaknya ini cara dasar para peminjam. Hanya saat memijat komponen paha atasku, tangan Ayu yang berlumur body lotion memijat paha komponen dalam, meraba kedua komik sex berwarna bijiku. Kemudian tangannya memijat komponen belahan pantatku, anusku juga di tekannya berkali-kali. Wah, adik kecilku kontan bergerak.
Dari situ tangannya mulai memijat pinggangku hingga ke pundak, kedua lengan bagian atas dipijatnya dengan kuat. Tengkuk dan kepalaku juga di pijatnya. Sewaktu memijat komponen pundak, tanganku yang jahil beraksi di bongkah bokongnya. Ayu Hanya tersenyum sambil berkata, “Berharap gentian mijetin saya ya mas?”
Kermudian saya diperintah berbalik terlentang, dadaku diramas-ramasnya lebih-lebih bagian putingnya sehingga saya kegelian tetapi sedap! Turun ke perut tangannya yang trampil menekan lembut sampai saya bersendawa beberapa kali. “Masuk angin nih mas” kata Ayu. Masuk angin melainkan kayaknya malahan ada yang mau keluar dari tubuhku.
Selagi Ayu memijat tubuhku, saya mulai bergerilya menyentuh vaginanya yang masih tertutup celana panjang. Kuraba buah dadanya dari luar baju seragamnya.
Hampir satu jam aku digarap oleh Ayu, semua tubuhku sudah dijelajahi jari-jarinya yang lentik melainkan bertenaga. “Mana lagi mas yang perlu di pijat?” tanyanya padaku. “Nih kepalaku kok masih pusing Yu” jawabku. “Lho kan kepalanya sudah dipijat juga!” katanya heran. “Itu kepala yang di atas, kepala yang di bawah kan belum” kataku sambil tersennyum. “Hmm.. gitu ya?” katanya sambil balas tersenyum.
Di bukanya handuk yang menutup tubuh, jreng.. penisku yang telah full cenggur terekspose. Ia menggosok kepala penisku dengan jari-jarinya yang masih berbalur body lotion. Turun ke batangku, Ayu mulai mengocok lembut sehingga batang yang sudah cenggur itu makin keras berdiri. “Kocok ya mas?” Tanya Ayu. “Masukin aja Yu, kurang enak apabila dikocok. Lagipula apabila sekadar dikocok, aku dapat sendiri” ia terkikik mendengar candaku.
Ayu melepaskan baju seragamnya, tinggal BH dan CD yang terlalu kecil untuk menutupi buah dadanya yang besar dan gundukan vaginanya yang tebal seperti durian Bangkok itu. “Wah, saya udah bugil seperti ini, kok kau masih gunakan CD dan BH seperti itu?” protesku. If you have any sort of concerns pertaining to where and just how to use bokep Indo streaming terbaru, you can call us at our own internet site. “Tabah dong mas!” katanya sambil melepaskan pengait BH-nya yang ada didepan, lalu melepas juga CD-nya. Terbentanglah pemandang indah lembah nan indah dan gunung yang membusung tinggi.
Ayu menjilati putingku, sementara aku meremas kedua buah dadanya bergantian. Tangan kirinya menggenggam batang penisku dan memijat-mijatnya. Aku semakin bernafsu, kutarik pinggangnya merpat ke tubuhku, lalu penisku yang tegak keras kuarahkan ke vaginanya. Dia duduk mengangkangiku, memasukkan batang panisku yang telah licin bekas dikocoknya dengan body lotion tadi. Begitupun dia mendesah saat penisku masuk semakin dalam ke vaginanya, “Uh ah ya mas enaknya”
Saya menaik-turunkan pinggulku, dan ia menggoyang pinggulnya turun-naik juga. Waktu pinggulnya bergerak kebawah, aku menekankan pinggulnya sehingga penisku menancap dalam ke vaginanya. Ketika pinggulnya naik, aku menurunkan pinggulku sehingga penisku menjauh dari vaginanya. Dengan semacam itu penisku dapat masuk dalam ketika saya menusukkannya ke dalam vaginanya. Semakin membikin Ayu kesetanan, dia bergerak naik-turun makin cepat. Aku pesat samapai hasilnya ia berteriak kecil, “Agh.. mass aku nyampe!” sambil tangannya meraih pundakku dan tubuhnya melengkung ke atas menjauhi tubuhku, melainkan vaginanya erat menjepit penisku.
Kugoyang pinggulku ke kiri dan ke kanan, penisku yang masih tertancap dalam di vaginanya seperti mengobok-obok bagian dalam tubuhnya. Lalu kubalik tubuhnya membelakangiku. Kugenjot vaginanya kuat-kuat dari belakang, Ayu mendesah keenakan. Kedua buah dadanya yang tergantung bergoyang ke depan dan ke belakang. Kadang Ayu menoleh ke belakang, kadang ke samping, kadang menunduk menahan kuatnya doronganku memasuk-keluarkan penisku ke vaginanya. Saya agak cemas suara teriakan-teriakan kecil dan desahnya terdengar ke luar kamar. Sebagian bunyi musik dari CD player melaui speaker yang besar cukup kuat meredam bunyi yang keluar dari mulut Ayu.
Seperempat jam kemudian dia kembali mendongakkan kepalanya, “Ahh.. egkh.. aku keluar lagi mas!” kepalanya kemudian menoleh ke belakang, saya mengecup bibirnya yang ranum. Kedua buah dadanya kuremas-remas, sambil terus menancap-nancapkan penisku. menit kemudian terasa lahar panasku mendesak keluar dan.. jrot.. jroot.. jrooot.. jroot.. jrot, air manisku menyemprot ke dalam vaginanya dengan deras.
Kental sekali air maniku yang keluar, hampir seperti jelly, bercampur dengan cairan vagina Ayu. Kami rebah ke atas kasur, berpegangan tangan dengan erat.
Hari santaiku yang ternyata aku mesti menguras energi dikerjai Ayu (atau ngerjain Ayu?).
Dikerjai atau ngerjain, saya sih okay-okay saja. Asal dengan Ayu, atau yang mirip Ayu. Siapa takut?