“Tadi malam saya melalui rumah ibu dan mendengar suara menarik jadi aku mengintip. Rupanya, saya lihat ibu sedang mencolok-colokkan pisang ke itunya ibu sambil nyetel film BF. Saya sungguh-sungguh terangsang.Jikalau ibu sepakat, daripada pakai pisang aku juga berharap dan penginbegituan dengan ibu”
Bahkan kalimat yang kutulis dalam HP dan siap dikirimkan dalam bentuk SMS ke sebuah nomor HP milik Bu Ruminah, tetanggku. Tapi kendati tinggal menekan tombol agar pesan terkirim, aku sempat ragu. Jangan-jangan nanti Bu Rum ngadu ke ibuku atau ke orang-orang perihal SMS yang kukirim, seperti itu aku membathin.
Tetapi, ah gak mungkin dia berani cerita ke ibuku atau ke orang-orang. Karena sekiranya dia cerita, adat istiadatnya memuaskan diri dengan buah pisang kan jadi ketahuan. Semacam pikirku lagi. Yakin Bu Rum tidak mungkin menceritakan isi SMS itu ke orang lain, akibatnya kutekan tombol OK pada HP-ku dan terkirimlah SMS trsebut.
Cuma dalam hitungan menit, respon dari SMS yang kukirim segera kudapat. HP ku berdering dan pada layar kelihatan nama Bu Rum memanggil. Tapi saya tak berani mengangkat sebab pasti ia mengenali suarakuhingga kudiamkan saja panggilannya. Setelah beberapa kali telefonnyatidak diangkat, walhasil sebuah SMS masuk.
“Bantu jawab. Nomor siapa ini”. Ingin bunyi SMS yang dikirimnya dan mengasah niatku untuk kembali mengisenginya.
“Pokoknya ibu betul-betul mengetahui aku. Bener lho Bu, pisang saya jadi pengin banget dimasukkan ke itunya ibu seperti pisang yang ibu pegang tadi malam. Ibu pasti puas. Saya kan Bu?”. Ujarku dalam SMS yang kukirim berikutnya.
“Huussh .. jangan ngawur. Aku bukan wanita begituan dan aku kan sudah tua. Bantu kejadian itu jangan disebutkan ke orang lain. Bantu banget”. Ungkapnya dalam SMS selanjutnya. Saya dia ketakutan sekiranya aku menyebutkan kejadian yang sempat kupergoki itu hingga niat isengku makin menjadi.
“Beres Bu, Aku tidak akan cerita ke siapa-siapa. Tapi sungguh saya betul-betul terstimulus saat memandang memek ibu dicolok buah pisang. Namun lebih menstimulasi dibanding memek wanita bule yang ada di film BF. Jadi soal aku kepengin begituan dengan ibu memang bener-bener lho.” Kataku lagi dalam SMS yang kukirim berikutnya.
Tapi balasan SMS dari Bu Rum pendek saja. “Saya ya. Saya betul-betul berterima kasih kejadian itu tak diceritakan ke siapa saja,” ujarnya dalam SMS yang kuterima. Setelah itu beberapa kali kukirim SMS dengan kata-kata yang lebih panas. Termasuk kesediaanku untuk menjilati memek dan itilnya sekiranya dia berharap melayaniku. Namun Aku tetap tidak dijawab karenanya malam itu SMS an dengan Bu Rum tak berlanjut.
Bu Ruminah yang biasa disapa Bu Rum yakni tetanggaku. Rumahnya hanya terpaut tiga rumah dari rumahku. Suaminya Pak Kirno, merupakan pensiunan TNI dan pernah menjadi Satpam sebuah bank serta menjabat Ketua RW sebelum terkena stroke dan mengalami kelumpuhan. Sementara Bu Rum di samping menjadi ketua kategori pengajian ibu-ibu di lingkungan RW daerah tinggalku, ia yang pernah mengenyam pendidikan pesantren itu juga mengajarkan ibu-ibu mengaji termasuk ibuku yang menjadi sahabat dekat dan sekaligus muridnya.
Betapa yakin orang-orang tak bakalan percaya sekiranya kuceritakan bahwa Bu Rum terbukti menyukai melampiaskan asa seksnya dengan memakai pisang. Selalu tak, wanita berusia 53 tahun itu, penampilan kesehariannya amat santun. Hingga berkerudung dan menutup rapat auratnya. Melainkan orang tak akan percaya perihal tradisinya yang nyeleneh dalam soal seks terutamanya di usianya yang sudah tergolong tua.
Tetapi aku benar-benar mengamati dengan mata dan kepalaku sendiri perihal apa yang dilakukan dia merupakan memuasi diri dengan buah pisang. Namun dikala itu, terus jelas aku sungguh-sungguh terangsang. Karena ketika ia meremasi sendiri kedua teteknya yang gede dan memandang memeknya yang dipenuhi rambut tebal dicolok-colok dengan buah pisang. Saya selalu terbayang oleh komponen-komponen tubuhnya yang membuatku terstimulus, hasilnya saya iseng mengirim SMS.
Aku sebagian SMS ku yang terakhir tak dibalasnya, aku nyaris nekad dengan mengancamnya bahwa jikalau dia tak mau melayaniku akan kuceritakan soal masturbasi dengan pisang itu terhadap orang-orang. Hanya setelah kupikir, tindakanku itu bisa membikin ia kalap atau melapor ke polisi sampai kuurungkan niatku tersebut. Hanya saya konsisten bertekad untuk mengisenginya dengan berkirim SMS kepadanya di tiap kans.
Hampir tiap-tiap hari, kadang-kadang pagi, siang maupun malam, sebagian SMS kukirim kepadanya. Intinya mengungkapkan keinginanku untuk menjadi patner seksnya sebab setelah memergoki ia main dengan pisang aku menjadi sangat terangsang dan terpaksa kerap mengocok sendiri kontolku sambil membayangkan menyetubuhinya. Melainkan dia konsisten tidak ingin membalasnya. Pernah sebagian kali ia mencoba menelepon namun aku tak berani mengangkatnya.
Oh ya, dari perkawinannya dengan Pak Kirno, Bu Rum hanya memiliki satu si kecil Mbak Lasmi. Sebab telah berkeluarga dan memiliki sebagian si kecil. Mbak Lasmi tinggal di tempat lain di sebuah kecamatan terpencil sebab suaminya menjadi pegawai kecamatan di sana. Jadi status Bu Rum adalah nenek dari sebagian cucu.
Puncak dari keisenganku mengrim SMS terhadap Bu Rum terjadi saat pengajian ibu-ibu di kampungku yang dikerjakan secara bergiliran jatuh ke giliran ibuku. Saya acaranya bersamaan dengan halal bi halal setelah lebaran, pengajian yang diadakan di rumahku terbilang besar. Hidangan yang lazimnya hanya snack kali ini dilengkapi ketupat dan opor ayam. Juga ustazahnya yang biasanya pembicara lokal, kali ini didatangkan dari luar kota.
Cuma pagi rumahku ramai oleh ibu-ibu tetangga yang mempersiapkan acara tersebut termasuk Bu Rum. Adanya wanita itu di rumahku membuatku tidak berani mengirim SMS iseng padanya. Cuma secara sembunyi-sembunyi saya sering mencuri pandang menatapinya.
Setelah kulturnya, saat itu Bu Rum memakai busana muslim dengan hiasan bordir yang apik. Terpenting sebuah baju terusan warna krem yang longgar yang tak menonjolkan wujud tubuhnya dipadu dengan celana panjang warna senada. Dengan kerudung yang tak pernah lepas menutup kepalanya, wanita bertubuh tinggi besar itu menonjol anggun dan berwibawa.
Acara pengajian yang dimulai selepas ashar, baru berakhir menjelang maghrib. Sekira pukul 19.30 WIB, setelah acara beres-beres rumah selesai ibu memanggilku. “Win bantu ini didampingi ke rumah Bu Rum ya.Tadi ia minta disisihkan lontong dan opornya sebab katanya di rumah lagi tidak masak,” ujar ibuku.
Setelah sebagian kali berkirim SMS gelap kepadanya, hakekatnya agak grogi untuk berhadapan lantas dengan Bu Rum. Karena mengingat kata-kata jorok dan porno serta ajakan main seks dalam setiap SMS yang kukirim. Tetapi saya juga tidak punya alasan untuk menolak perintah ibu hingga dengan terpaksa kulaksanakannya. Dua buah rantang besar berisi lontong dan opor kubawa ke rumah Bu Rum.
Setelah beberapa kali mengetuk pintu dan menunggu agak lama, kulihatseseorang mengintip dari balik korden dan kesudahannya membukakan pintu.Ternyata yang mengintip dan membukakan pintu adalah Bu Rum sendiri. “Ohkamu Win, ibu kira siapa. Ayo masuk,” ujarnya mempersilahkanku.
Bu Rum yang bila berada di luar rumah berpakaian muslimah yang rapat,rupanya tak seperti itu adanya bila sedang di dalam rumah. Saya yang digunakannya hanya daster berbahan tipis dan tanpa lengan. Melainkan BH hitam dan celana dalam putih yang dipakainya terlihat menerawang.
“Saya diperintah mengantarkan ini untuk Bu Rum,” kataku setelah berada di ruang tamu rumahnya.
Melainkan Bu Rum tak langsung menerima bingkisan makanan yang kusodorkan. Sebab kembali membuka pintu dan keluar rumah. Sesudah sesaat memandang sekeliling, dia kembali masuk dan mengunci pintu dari dalam. Sebab juga mengajakku ke dalam, ke ruang tengah rumahnya. “Taruh saja bawaannya di meja Win. Ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu,” katanya pelan.
Deg! Serasa berhenti detak jantungku. Pasti ia telah tahu sekiranya yang berkirim SMS selama ini merupakan saya, pikirku membathin. Cuma akudibuatnya. “Duduk sini Win. Cuma ada siapa-siapa kok. Pak Kirno tadi dijemput Lasmi dan suaminya sebab ia berharap banyak menghirup udara gunung yang segar. Mungkin supaya dapat pulih,” ujarnya lagi.
Agak sedikit plong mendengar bahwa Pak Kirno suaminya sedang tak dirumah. Setidaknya seandainya Bu Rum berang terkait soal SMS ku itu, suaminya tidak ikut serta mendengarnya. Cuma aku konsisten tidak bisa membuang kegelisahan yang kurasakan. Setelah pesakitan yang menunggu vonis hakim, saya cuma duduk mematung di bangku sofa di ruang tengah rumah Bu Rum.
Bu Rum duduk di tempat duduk lain yang ada, dekat tempat aku duduk. Baru kusadari, daster yang dipakainya rupanya terlalu pendek. Pahanya yang mulus menonjol terlihat terbuka. Hanya aku konsisten tak bisa menikmati pemandangan yang mengundang itu sebab suasana tegang yang terjadi.
“Tadi waktu di pengajian, ibu meminta ijin ke ibumu agar kau berharap memandu ibu ke rumah Lasmi tiga hari lagi untuk menjemput Pak Kirno.Rencananya berharap pinjam mobil Pak RT dan kau yang menyetir. Ibumu setuju dan memberi nomor HP milikmu. Melainkan ibu jadi terkejut, sebab ternyata nomornya sama dengan nomor yang menyenangi diaplikasikan SMS ke ibu sebagian hari ini. Jadi kamu Win yang menyukai SMS ke ibu,” ujarnya tenang dan disajikan tanpa emosionil.
Tapi walaupun semacam itu, sempat kecut juga nyaliku. “Eee…ee.. ti…eh… iya Bu,” jawabku terbata.
“Oh syukurlah kalau begitu. Ibu takut banget apa yang kau sempat lihat diceritakan ke orang-orang lain. Ibu pasti sungguh-sungguh malu. Terima kasih banyak ya Win kamu tidak cerita ke orang-orang,”.
Ah terbukti ia tak naik pitam soal itu. Alangkah jadi merasa plong. Melainkan dengan terbuka, Bu Rum kesudahannya bercerita soal mengapa dia terpaksa menggunakan pisang untuk memuaskan dorongan seksnya.
Diceritakannya, sedangkan telah tergolong berumur tetapi keperluan biologisnya belum padam benar. Tak sudah lama Pak Kirno tak dapat melaksanakan kewajibannya sebagai suami. Melainkan jauh sebelum terkena stroke. Makanya tiap-tiap keinginan untuk itu datang ia selalu berusaha memuaskan sendiri termasuk memakai pisang. “Ibu malu banget lho sama kamu Win. Apalagi bila kau sampai cerita ke orang-orang. Aku ditaruh dimana muka ibu?” Kata Bu Rum lagi.
“Hanya Bu, aku janji tidak akan cerita ke siapa pun soal itu,” ujarku meyakinkannya.
Mungkin saking senangnya rahasianya soal ngeseks dengan pisang tidak akan terbongkar dia seketika berpindah duduk menjejeriku di sofa yang kududuki. Digenggam dan diguncang-guncangkannya tanganku. “Terima kasih win, ibu betul-betul berterima beri,” kata Bu Rum.
Tak yang semula seolah menghimpit dadaku segera hilang melihat sikap Bu Rum. Cuma kembali aku susah menjawab ketika ia menanyakan seputar kata-kata dalam beberapa SMS yang kukirimkan. “Apabila ibu boleh tahu, sesungguhnya apa yang mendorongmu mengirim SMS itu terhadap ibu?”
“Eee… eee… sa… sa.. saya.. ee,” kembali saya terbata.
“Cuma apa-apa Win, jawab saja yang jujur. Ibu hanya mau tahu,”
“Aku mengirim SMS itu karena amat terstimulasi sesudah mengamati ibu,” kataku walhasil.
Bu Rum kulihat terpana. Mungkin ia tidak percaya dengan jawaban yang kuberikan. Tapi sebuah senyuman nampak mengembang di wajahnya hingga aku tak takut lagi. “Jadi kau juga benar-benar ingin begituan dengan ibu?”
“Eee… maksud aku.. ee. Iya jika ibu bersedia,” jawabku mantap.Mendengar jawabanku Bu Rum lantas meraih dan mendekapku. Dalam kehangatan dekapannya, wajahku pas berada di busungan buah dadanya yang terbungkus BH hitam. Wajahku membenam di busungan susunya yang memang berukuran besar. Diperlakukan seperti itu kontolku jadi segera bangkit. Mengeras di balik celana dalam dan jins yang kupakai.
Sesaat sesudah Bu Rum melepaskan pelukan pada tubuhku, kulihat gaya duduknya makin sembrono. Kedua kakinya terbuka lebar hingga pahanya yang membulat besar tampak sampai ke pangkalnya. Namun kulihat sesuatu yang membukit dan terbungkus celana dalam warna hitam. Alangkah tak berkedip menatapinya.
Untuk ukuran wanita seusia dirinya, kaki dan komponen paha Bu Rum masih terhitung mulus. Memang ada lipatan-lipatan lemak dan kerutan mendekati ke pangkal paha. Tapi tidak mengurangi hasratku untuk menatapi komponen yang menstimulus itu termasuk ke bagian membukit yang tertutup celana dalam warna krem. Jembut di memeknya itu pasti betul-betul lebat karena banyak yang tidak tertampung celana dalam yang menutupinya sampai terlihat banyak yang keluar dari celana dalam yang dipakainya.
Saya Bu Rum tahu mataku demikian itu terpaku menatapi organ kewanitaannya.Mungkin karena sudah yakin saya benar-benar berharap menjadi pelepas dahaganya, ia pelorotkan sendiri celana dalam itu dan melepasnya. “Bu Rum telah nenek-nenek lho Win. Namun apabila kamu pengin memperhatikan memek ibu bolehlah. Menimbulkan ibu juga sudah lama tak puas main sendiri dengan tangan dan pisang,” katanya.
Tapi tanpa sungkan, setelah melepas sendiri celana dalamnya ia duduk mengangkang membuka lebar-lebar pahanya. Memamerkan memeknya yang berbulu benar-benar lebat. Ah tidak kusangka hasilnya bisa mengamati memek Bu Rum dalam jarak yang sangat dekat.
Memek Bu Rum lebar dan membukit. Jembutnya amat lebat dan hitam pekat. Kontras dengan pahanya yang kuning langsat sampai ke selangkangannya. Puas memandangi komponen paling merangsang di selangkangan wanita itu, keinginanku untuk menyentuhnya menjadi tak tertahan. Kujulurkan tanganku untuk menyentuhnya.
Kuusap-usap jembutnya yang keriting dan tumbuh panjang. Jembut Bu Rum benar-benar super lebat menutupi memeknya. Namun meskipun telah mengangkang, masih tak nampak lubang memeknya karena tertutup rambut lebat itu. Kuusap-usap dan kusibak jembut yang tumbuh sampai ke atas mendekati pusar wanita itu dan di bagian bawah mendekati lubang anusnya. Ia bunyi kemerisik.Untuk dapat melihat lubang memeknya, aku memang seharusnya menyibak rambut-rambut yang menutupinya dengan kedua tanganku. Bibir luar memek Bu Rum tampak tebal dan kasar karena telah banyak kerutan dan warnanya coklat kehitaman. Di bagian dalam lubang memeknya yang berwarna hitam kemerahan, ada lipatan-lipatan daging agak berlendir dan sebuah tonjolan. Ini ternyata yang disebut itil, pikirku.
Cuma seperti ukuran memeknya yang besar, tebal dan tembem, itil Bu Rum relatif kecil. Hanya berbentuk tonjolan daging kemerahan di ujung atas celah bibir luar kemaluannya yang sudah berkerut-kerut. Kutoel-toel itilnya itu dengan jari telunjukku yang sebelumnya kubasahi dengan ludah. Karena mendesah dan sedikit menggelinjang.
“Hakekatnya telah pernah begituan dengan perempuan Win? Ee.. maksud ibu ngentot dengan perempuan?”
“Belum Bu,” jawabku sambil tetap menggerayangi dan mengobok-obok vaginanya.
“Masa!? Bila mengamati memek wanita lain selain punya ibu?”
“Juga belum Bu. Aku cuma melihatnya di film BF yang pernah sayatonton. Memangnya mengapa Bu?” Jawabku lagi. Menimbulkan aku berbohong.Karena di rumah saya kerap mengintip ibuku sendiri. Kadang-kadang dia mandi atau berganti pakaian di kamarnya.Mendengar saya belum pernah berhubungan seks dengan perempuan dan belum pernah menyentuh organ intim wanita, entah kapan ia mengerjakannya, tanpa sepengetahuanku rupanya Bu Rum telah melepas daster dan BH nya.
Telanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya dan memintaku untuk melepas semua pakaian yang Bokephp Mobi kukenakan.
“Oooww.. punya kamu besar juga ya Win,” kata Bu Rum sambil membelai kontolku yang sudah tegak mengacung setelah aku telanjang.
Bu Rum tak hanya membelai dan mengagumi kontolku yang telah keras terpacak. Sesudah menjilat-jilat lubang di komponen ujung kepala penisku,ia memasukkan batang kontolku ke mulutnya. Alangkah jadi merinding menahan kenikmatan yang tidak pernah terbayangkan. Tubuhku tergetar hebat. Dia kurasakan mulutnya mengempot dan menghisap batang kotolku yang kuyakin semakin mengembang. Lalu dikeluarkan dan dikocok-kocoknyanya perlahan. Ah, teramat betul-betul nikmat. Tetapi berbeda jika aku mengocok sendiri kontolku. Saking tak tahan, tanpa sadar saya memegang dan mengusap-usap rambut Bu Rum yang sepatutnya tidak sesuai kulakukan mengingat umur dan sekalian statusnya sebagai guru mengaji ibu-ibu di kampungku termasuk ibuku.Tetapi Bu Rum tak peduli. Sebab terus asyik dengan kontolku. Dikulum,dihisap dan dikocok-kocoknya perlahan dengan gemas. Setelah wanita yang baru memperhatikan kejantanan milik pasangannya. Mungkin sebab selama ini dia hanya dapat melakukannya dengan pisang setelah kotol suaminya tak berfungsi.
Sambil menikmati kocokan dan kuluman Bu Rum pada kontolku, kuremasi teteknya. Tetek Bu Rum gede dan telah menggelayut bentuknya. Tapi benar-benar lembut dan nikmat di remas. Melainkan puting-putingnya seketika mengeras setelah beberapa kali saya memerah dan memilin-milinnya.
Tetapi kusangka wanita yang dalam keseharian senantiasa tampil dengan busana muslim yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu di kampungku ini juga lihai dalam urusan kulum mengulum kontol. Alangkah dijadikan kelojotan menahan enak tiap dia menghisap dan memainkan lidahnya di ujung kepala kontolku.
Tetapi ketika Bu Rum mulai mengalihkan permainannya dengan menjilati kantung pelirku dan menghisapi biji-biji pelir kontolku, aku tidak sanggup bertahan lebih lama. Pertahananku nyaris jebol. Tapi saya berupaya menarik diri supaya air maniku tidak muncrat ke mulut atau wajah Bu Rum.
Tetapi Bu Rum menahan dan menekan pinggangku. “Saya keluar Win ? Muntahkan saja di mulut ibu,” ujarnya sambil segera kembali menghisap penisku.
Sedap, pertahananku benar-benar roboh sedangkan telah sekuat tenaga untuk menahannya karena merasa tidak sedap mengeluarkan mani di mulut Bu Rum. Sambil mendesis dan mengerang nikmat pejuhku muncrat sungguh-sungguh banyak di rongga mulut Bu Rum. Cairan kental warna putih itu kulihat berleleran keluar dari mulut wanita itu. Melainkan ia tak mempedulikannya. Tetapi menelannya dan dengan lidahnya berupaya menjilat sisa-sisa maniku yang berleleran keluar.
Terpacu oleh kenikmatan yang baru kurasakan dan banyaknya mani yang keluar membuat tubuhku lemas seperti dilolosi tulang-tulangku. Alangkah terduduk menyandar di si bangku sofa tempat Bu Rum terduduk. “Gimana Win, nikmat?”
“Berharap banget Bu,”
“Nanti gantian ya punya ibu dibikin enak sama kau. Ibu ke kamar mandi dulu,” ujarnya berdiri dan melangkah ke kamar mandi. Kadang kembali dari kamar mandi, Bu Rum menyodorkan segelas besar teh manis hangat. Sodoran teh manisnya lantas kusambut dan kuteguk.Terasa hangat dan sedap setelah tenaga hampir terkuras dan kini kembali segar. Terkadang itu baru kusadari Bu Rum masih bugil tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya.
Alangkah kembali terpaku pada tubuh bahenolnya yang masih lumayan mulus. Karenanya berpinggul besar dan berdada montok namun telah agak kendur itu,sedangkan sudah menjadi nenek masih amat menggoda. Jembutnya yang keriting lebat menonjol berair. Mungkin habis dibersihkan di kamar mandi untuk menghilangkan bekas air maniku.
“Aku lagi Win?” ujarnya mendekat dan berdiri tepat di tempat aku duduk.Malahan memang giliranku untuk memuaskannya sesudah kenikmatan yang diberikan padaku.Betapa linglung mesti mengawali dari mana dan melakukan apa pada Bu Rumkarena memang belum pernah pengalaman dengan perempuan. Hanya dari sejumlah film BF yang sering kutonton, wanita kelihatannya benar-benar menyenangi seandainya memeknya dijilat. Namun aku langsung turun dari bangku panjang dan berjongkok di depan Bu Rum.
Memeknya yang besar membusung sekarang ideal di hadapan wajahku. Jembut keriting lebatnya menonjol berair. Dan Bur Rum, memandang saya hanya terbengong memandangi bukit genitalianya, lantas mengangkat kaki kirinya dan ditumpukan pada kursi panjang. Saya pahanya yang terbuka kini aku dapat mengamati lubang memeknya yang terlihat telah longgar. Lubang memeknya menyerupai lorong panjang. Namun kulihat itilnya yang mencuat di ujung atas belahan memeknya.
Kembali aku meraba dan mengusap memeknya. Bibir luar memeknya yang berwarna cokelat kehitaman penuh kerutan dan terasa lebih tebal. Tetapi makin ke dalam lebih lembut dan basah serta warnanya agak memerah.Kudengar Bu Rum mendesah saat jariku menyelinap masuk menerobos lubang vaginanya. Rambut kepalaku diusap dan diremas-remasnya. Desahannya mengingatkanku pada bunyi wanita yang tengah disetubuhi di adegan film BF. Betapa jadi terstimulus. Kontolku kembali menggeliat dan bangkit.
Sambil mendesah, Bu Rum tak cuma meremas dan menjambaki rambut kepalaku. Namun ia berusaha menarik dan mendekatkan wajahku kememeknya. Alangkah jadi tahu, nampaknya ia tidak mau memeknya hanya dicolok-colok dengan jariku, Alangkah yang memang sudah kembali terangsang seketika mendekatkan mulutku dan mulai mengecupi lubang memek Bu Rum.
Ternyata kecuali bibir luar vaginanya yang mengeras dan berkerut-kerut,di luar kelentitnya yang kelihatan besar, ada sebentuk daging yang menjulur keluar dari lubang memeknya. Pun nggedebleh mirip jengger ayam jantan. Pengetahuanku perihal komponen paling intim milik wanita memang amat terbatas dan melihatnya dari jarak sangat dekat baru kali ini mendapatkan kans.
Satu-satunya memek wanita dewasa yang pernah kulihat adalah milik ibuku. Alangkah memang acap kali mengintipnya saat ibu mandi. Atau dikala berganti pakaian di kamarnya dan pernah beberapa kali memandangnya dalam jarak cukup dekat ketika ia tidur. Namun sepengetahuanku tak ada jengger ayam di lubang memek ibuku. Jadi terasa agak aneh atas apa yang kulihat di lubang memek Bu Rum. Tapi saya tak peduli. Namun kecuali menjilati bibir vaginanya, jengger ayamnya juga tak luput dari sentuhan mulut dan lidahku. Namun saya langsung mengulum, menghisap dan menarik -nariknya dengan mulutku.
“Ohhh… sshhh… aahhh… nikmat Win. Aaauuwww… ya.. ya.. aaahhh.. sshhh.. sedap banget,”
Alangkah betul-betul bahagia sebab terbukti Bu Rum menyukai dan keenakan oleh jilatan lidahku di lubang memeknya. Dari liang sanggamanya mulai keluar lendir yang terasa asin di lidahku. Melainkan itu malahan tak membikin surut langkah untuk terus mengobok-ngobok vaginanya dengan mulut dan lidahku.
Betapa terus mencerucupi dan menghisapnya sampai lendirnya banyak yang tertelan masuk ke kerongkonganku.Diperlakukan seperti itu Bu Rum seperti kesetanan. Tubuhnya tergetar hebat dan kulihat dia merintih, mendesah sambil meremasi sendiri kedua tetek besarnya. “Sebetulnya naik dan tiduran di sofa Win. Sshhh aahh jilatanmu di memek ibu enak banget,” katanya.
Setelah yang dimintanya, aku naik ke sofa dan tiduran telentang dengan kaki menjuntai. Sesudah itu Bu Rum ikutan naik. Tadinya kukira dia akan menyetubuhiku dengan posisi wanita di atas seperti yang pernah kulihat dalam adegan film mesum yang membuktikan relasi seks antara wanita dewasa dan bocah ingusan.
Tapi tidak. Karena berdiri dan memposisikan kedua kakinya diantara tubuhku. Lalu bergantung di dinding tembok yang ada di belakang bangku sofa dan sedikit menurunkan tubuhnya. Aku, dia masih berharap menerima jilatan di memeknya dengan posisi yang membuat dirinya lebih nyaman dan bergerak leluasa. Sebab ketika memeknya telah berada tepat di depan wajahku, dia segera membekapkannya ke mulutku.
Namun kusangka, wanita yang sangat dihormati di kampungku karena selalu berbusana muslimah yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu, di usianya yang telah 53 tahun masih sungguh-sungguh menggebu. Pantesan dia menyukai menyogok-nyogok memeknya dengan pisang. Mungkin sebab tidak tahan akibat tidak pernah diraba oleh suaminya yang sudah tak bisa melayaninya sama sekali.
Alangkah sempat gelagapan sebab tak menyangka Bu Rum akan membekapkan memeknya ke wajahku. Namun sesudah mengetahui apa yang diharapkannya,saya segera menyambutnya padahal tidak tahu harus bagaimana wajib dijalankan. Sesudah sebelumnya, kembali kujulurkan lidah dan kembali kujilati lubang memeknya. Namun kali ini dengan lebih motivasi.
Daging jengger ayamnya yang keluar dan menggelambir kukulum. Lalu lidahku menjulur masuk sedalam-dalamnya di lubang vaginanya sampaihidung dan wajahku ikut serta belepotan oleh lendir yang keluar dari liang sanggamanya.
Here’s more info in regards to bokepstar check out our page. Sambil terus mengobeli memeknya dengan lidah dan mulutku, bokong Bu Rum juga menjadi sasaran remasan tanganku. Dapat telah melorot, pantat Bu Rum yang besar terasa masih lumayan kenyal. Nampaknya dia menjadi keenakan. Bu Rum melenguh dan mendesah. “Iya Win…aahhh… sshhhh…aaahhhh… ssshh.. sedap banget. Terus colok memek ibu dengan lidahmu sayang. Ahhh.. ya.. ya… oooohhhhh…. ssshhhh,” desahnya tertahan saat saya makin dalam menjulurkan lidah.
Mendengar rintihan dan desahan Bu Rum, saya jadi makin termotivasi.Hanya sebab tidak punya pengalaman, aku cuma menjilat dan mengisap komponen dalam memeknya sekena-kenanya. Saya karena terlalu menggebu, saya sempat menghisap itilnya dengan kuat. Bu Rum memekik. Tetapi tak marah dan pun makin keenakan. “Karena Win itu itil ibu.. sedap banget…sshhh ..aahhh.. aahhh. Terus Win hisap itil ibu… aaoooohhh …oooohhhh,”
Setelah yang dimintanya, itil Bu Rum yang akibatnya paling acap kali menjadi sasaran jilatan dan hisapan mulutku. Namun sambil terus mencerucupi kelentitnya, dua jari tanganku kupakai untuk menyogok-nyogok bagian dalam memeknya. Kadang-kadang itulah Bu Rum menjadi kelojotan dan sebagian saat kemudian ia memintaku berhenti.
“Udah Win ibu nggak tahan. Melihat KO seandainya diteruskan. Beberapa ibu pengin dientot dengan kontolmu. kamu juga pengin kan ngentot dengan ibu kan?”
“Ii .. iya bu. Saya pengin banget. Ta.. ta.. namun aku tidak tahu caranya,”
“Nggak apa-apa. Nanti ibu ajarin,” ujarnya seraya menggamit lenganku.Karena membawaku ke kamarnya. Kamar dengan ranjang spring bed berukuran besar dan kelihatan rapi tertutup sprei motif garis-garis.Di kamar Bu Rum, ada meja rias berukuran besar dengan pelbagai alat make up di atasnya serta sebuah almari pakaian contoh antik di samping gambar Bu Rum dan suaminya dalam pose berpasangan mengenakan baju adat Jawa. Foto itu sepertinya dihasilkan ketika usianya masih di bawah 40 tahun. Bu Rum menonjol amat cantik dan seksi. Suaminya, Pak Kirno juga terlihat kekar dan rupawan.
Adanya gambar Pak Kirno suaminya di kamar itu, sebetulnya saya sempat grogi. Melainkan mengamati Bu Rum telah telentang di ranjang dan dalam posisi mengangkang, sayang sekiranya mesti melepaskan kans yang telah berada di depan mata. Alangkah sudah tak jarang mengocok sendiri kontolku sambil membayangkan ngentot dengan Bu Rum. Alangkah juga berharap mengenal dan merasakan seperti apa rasanya ngentot hakekatnya.
Dengan kontol tegak mengacung aku naik ke ranjang. Hanya saya tetap linglung bagaimana patut mengawali. Di antara kedua pahanya yang membuka lebar, memek Bu Rum nampak menganga menunggu batang zakar pria yang berharap menyogoknya. Sepasang buah dadanya yang besar, dalam posisi telentang tampak jadi nggedebleh dan cuma puting-putingnya yang hitam kecoklatan menonjol menantang.
Ternyata aku hanya mematung, terbukti Bu Rum menjadi tak sabar. Ditariknya tanganku sampai menciptakan tubuhku runtuh dan menindih tubuh montoknya.Saya saat kemudian kurasakan Bu Rum meraba selangkanganku dan meraih kontolku. Batang penisku yang telah mengacung dikocok-kocoknya perlahan sampai makin mengeras dan membesar.
Oleh wanita itu, kepala penisku digesek-gesekkannya di sekitar bibir alat vitalnya. Sesudah pas berada di komponen lubangnya, ia berbisik.”Tekan Win, biar kontol kamu masuk ke memek ibu,” bisiknya lirih di telingaku.
Slessseeppp.. blleeesss. Tanpa banyak hambatan batang kontolku yang lumayan panjang dan besar seluruhnya masuk membenam. Mungkin sebab lubang memek Bu Rum yang telah kelewat longgar dan licin akibat banyaknya lendir yang keluar. Tapi dalam memek Bu Rum hangat dan basah. Dan tanpa ada yang memerintah, seperti semacam naluri, aku membikin gerakan naik turun pinggangku sampai kontolku sekan memompa lubang memek wanita itu.
“Iya demikian itu Win, terus entot sayang. Ah.. aahhh….aahhh.. kamu merasa enak juga kan,” Alangkah mengangguk dan tersenyum. Kulihat Bu Rum mulai mendesah-desah.Mungkin dia mulai menikmati enaknya sogokan kontolku. Dan bagiku,kenikmatan yang kurasakan juga tiada tara. Jauh lebih enak dibanding mengocok sendiri. Gesekan-gesekan batang kontolku pada dinding memeknya yang basah menghantarkan pada kenikmatan yang susah kuucapkan.
Alangkah terus mengaduk-aduk memeknya dengan kontolku. Mata Bu Rum membeliak-beliak dan meremasi sendiri teteknya. Rupanya itu aku langsung menyosorkan mulutku untuk mengulum dan menghisapi salah satu putingnya. Pentil susunya yang berwarna coklat kehitaman terasa mengeras di bibirku. “Iya Win… terus hisap sayang… aahhh… aahhh,Hakekatnya terbukti telah pinter,” ujarnya terus mendesah.Makin lama kusogok dan kuaduk-aduk, lubang memek Bu Rum kurasakan makin berair. Aku kian banyak lendir yang keluar. Bunyinya cepok…cepok… cepok… tiap kali batang kontolku masuk menyogok dan kutarik keluar.
Bosan ngentotin Bu Rum dengan posisi menindihnya, kuhentikan sogokanku pada memeknya. Pasti asyik dan tambah merangsang jika bisa melihat memeknya yang tengah kusogok-sogok, pikirku membathin. Betapa bangkit, turun dari ranjang. Dan tanpa meminta persetujuannya, kaki Bu Rum kutarik dan kuposisikan menjuntai di tepi ranjang.
Tindakanku itu membuat Bu Rum agak kaget. Melainkan tidak geram dan malah sepertinya ia menunggu tindakan yang akan kulakukan berikutnya. Tetapi sesudah pahanya kembali kukangkangkan dan kontolku kembali kuarahkan ke lubang vaginanya, Bu Rum tersenyum. “Hakekatnya pengin ngentot sambil ngelihatin memek ibu Win? Iya sayang, kamu boleh menjalankan apa sajapada ibu,” katanya.
Ternyata menyetubuhi sambil berdiri dan melihat ketelanjangan lawan mainnya benar-benar lebih asyik. Lebih menstimulus sebab bisa memperhatikan keluar masuknya kontol di lubang memek. Kadang-kadang kontolku kutekan, bibir memeknya yang berkerut-kerut seperti turut melesak masuk. Melainkan saat kutarik, segala bagian dalam memeknya seakan turut keluar termasuk jengger ayamnya yang menggelambir. Pemandangan itu membuat aku semakin terangsang dan semakin gigih untuk memompanya.
Teteknya juga ikut terguncang-guncang mengikuti hentakan yang kulakukan. Betapa makin bernafsu dan makin kencang ritme kocokan dan sodokan kontolku di liang sanggamanya. Bu Rum tidak bisa menyembunyikan kenikmatan yang dirasakan. Karena merintih dan mendesah dengan mata membeliak-beliak menahan nikmat. Ia dia remasi sendiri susunya sambil mengerang-erang.
Betapa juga mendapatkan sedap yang susah kulukiskan. Karena lubang memek Bu Rum telah longgar namun tetap memberi kenikmatan tersendiri sampai pertahananku nyaris kembali jebol. “sshhh … aahh… sshhh… aaakkhhh… memek ibu enak banget. Aku nggak kuat bu,” ujarku mendesahsambil terus memompanya.
“Tahan sejenak Win. Aaahhh.. sshhh… kontolmu juga enak banget,”Bu Rum bangkit memeluk serta menarik pinggangku sampai tubuhku ambrol menindihnya. Kedua kakinya yang panjang lantas membelit pinggangku dan menekannya dengan kuat. Malahan Bu Rum membuat gerakan memutar pada pinggul dan pantatnya. Memutar dan seperti mengayak. Sesudah batang kontolku yang berada di kedalaman lubang memeknya serasa diperah.
Kenikmatan yang kurasakan semakin memuncak. Karena saat dinding- dinding vaginanya tidak hanya memerah namun juga mengempot dan menghisap. Kenikmatan yang diberi benar-benar makin tak tertahan.”Ooohh… aahh… aahhh.. ssshhh… aakkhh enak banget. Saya …aaahhh nggak kuat Bu. Ohhh enakkkhhh bangeet,”
“I..iiya Win, ibu juga ingin nyampe. Tahan ya sebentar ya..aaahhh…sshhh.. sshhhh…aahhh….ssshh ….aaaoookkkh,”
Goyangan pantat dan pinggul Bu Rum makin cepat. Dan puncaknya, ia memeluk erat tubuhku sambil mengangkat pinggangnya tinggi-tinggi. Terkadang itu, di antara rintihan dan erangannya yang makin menjadi kurasakan tubuhnya mengejang dan empotan memeknya pada kontolku kian memeras.
Tapi muncratlah spermaku di kehangatan lubang memeknya bersamaan dengan semburan hangat dari bagian paling dalam organ intim wanita guru mengaji ibuku.Saya kenikmatan yang saya peroleh, cukup lama aku terkapar di ranjang Bu Rum. Kadang saya terbangun, Bu Rum telah menyiapkan segelas teh panas dan mengajakku menyantap lontong dan opor ayam bikinan ibuku. Kami menyantapnya dengan nikmat. Namun dua bungkus rokok kegemaranku sudah tersedia di meja makan. Kata Bu Rum, dia meluangkan membelinya di warung Lik Karni ketika aku tertidur.
Malam itu Bu Rum benar-benar melampiaskan hasratnya yang tertahan cukup lama. Bahkan makan saya diajaknya bergumul di karpet di ruang tengah di depan layar kaca lalu berlanjut di ranjang kamar tidurnya. Alangkah bak seorang murid baru yang cerdas dan kencang trampil mendapatkan pelajaran. Karena mengaku betul-betul menikmati dan merasa puas oleh sogokan-sogokan kontolku di memeknya yang memiliki jengger ayam.
“Ibu kira udah nggak bakalan merasakan enaknya yang seperti ini lagi. Aku sudah lima tahun lebih sejak bapak kena stroke tak pernah mendapatkannya. Makanya terpaksa pakai pisang dan kadang kontol karet bila lagi kepengen,” katanya sambil meremas gemas kontolku sesudah persetubuhan yang keempat kalinya malam itu.Ternyata wanita yang selalu tampil bak muslimah yang taat itu, juga mempunyai sebagian koleksi film porno. Sebab sempat menyetel sejumlah koleksinya untuk ditonton bersamaku saat istirahat sesudah ngentot yang ketiga di depan TV. Tapi yang mengagetkan, sebab “nonton bareng” film porno saya jadi tahu jikalau ibuku juga penggemar film porno.Malahan terlontar secara tak disengaja oleh Bu Rum. Kata Bu Rum yang paling banyak dikoleksi yaitu yang membuktikan adegan incest atau hubungan seks antar anggota keluarga.
Kala itu Bu Rum memutar dua film. Film pertama menandakan adegan seks antara pria muda berkulit hitam dengan wanita tua kulit putih. Sang wanita kulit putih dihasilkan merintih dan mengerang sebab sogokan kontol pria pasangannya yang perkasa. Melainkan kesudahannya si wanita merelakan duburnya dijebol kontol panjang sang negro muda.
Film kedua yang merupakan semi film cerita mengisahkan wanita STW yang berprofesi di perusahaan penebangan hutan. Suaminya senantiasa pergi cukup lama dan hanya beberapa hari tinggal di rumah sebab pekerjaannya itu.Pun ibu yang kerap kali merasa kesepian ketika suaminya pergi, sering kali mengobel-ngobel sendiri memek dan itilnya ketika asa seksnya datang.Ulah si ibu sering dipergoki secara diam-diam oleh pria remaja yang adalah buah hati sulungnya. Namun di satu kans, saat tengah bermasturbasi dan sang si kecil tidak tahan menahan nafsu ia mendekati sang ibu. Keduanya larut dalam permainan panas di dapur, ranjang dan bahkan di kamar mandi tanpa peduli bahwa sesungguhnya mereka pasangan ibu dan si kecil.
Usai pemutaran film yang kedua, kukatakan pada Bu Rum bahwa dibanding film yang pertama, adegan seks ibu dan anak yang paling bagus. Melainkan komentarku itu membikin Bu Rum keceplosan. Tanpa sadar dia menyebut bahwa film porno itu dipinjam dari Bu Narsih (nama ibuku). Sesekali itu ia berusaha meralat. Sebab mungkin baru bahwa yang diajaknya bicara adalah saya si kecil Bu Narsih. Melainkan akhirnya Bu Rum tersenyum dan berterusterang.
“Namun manusia akan sex kan manusiwai Win. Sesudah ibu dan ibumu,meski telah berumur tetapi keperluan akan itu masih belum padam,”kata Bu Rum.
Ibuku memang telah 3,5 tahun menjada setelah ayah meninggal akibat menderita diabetes cukup lama. Untuk menikah lagi mungkin malu sebab cucunya telah tiga yang didapatkan dari Mbak Ratri, kakak perempuanku.Tapi salah satu cucunya telah duduk di tempat duduk SLTP. Tetapi ia memilih memendam hasratnya dan lebih menyibukkan diri pada usaha jual beli perhiasan berlian yang menjadi usahanya selama ini.
Bu Rum, koleksi film-film porno yang dimiliki ibuku cukup banyak. Koleksi film seksnya yang berthema kekerabatan seks sedarah tergolong komplit. Namun Bu Rum mengaku, dia mengetahui penis palsu dari karet yang dikenal dengan sebutan dildo juga dari ibuku. “Pergaulan ibumu kan luas terpenting dengan ibu-ibu dari kalangan menengah atas. Mungkin dari ibu-ibu yang menjadi target bisnisnya itu dia jadi mengetahui banyak hal,” ujar Bu Rum menambahkan.
Dapat amat kaget, tapi aku tak mencoba memperlihatkannya di hadapan Bu Rum. Karena sebagai anaknya saya tak pernah memandang ibu nonton film porno atau barang-barang berbau seks yang dimilikinya. Di kamar tidur ibu memang ada layar kaca berukuran besar dan perangkat pemutar DVD. Namun kebanyakan film-filmnya adalah film hindustan karena ibu penggemar berat bintang Shah Ruk Khan. Berarti dia memiliki tempat penyimpanan khusus, ujarku membathin.
Sekitar pukul 03.00 dini hari, dengan tubuh lunglai aku meninggalkan rumah Bu Rum dengan mengendap supaya tidak dipergoki warga lainnya. Ibuku membukakan pintu sambil menggerutu. Katanya mengganggu orang tidur.Tetapi wajahnya kulihat tidak seperti orang bangun tidur. Tapi TV di kamarnya terdengar masih menyala. Sesudah kebiasaanya dikala tidur ia senantiasa mengenakan daster longgar.
Namun dikala itu dasternya kelewat tipis sampai terlihat membayang lekuk-liku tubuhnya yang duhai. Terbukti dia juga tidak menggunakan kutang dan celana dalam hingga-sampai kulihat tonjolan putingnya pada sepasang buah dadanya yang hampir sama besar dengan punya Bu Rum. Ah bisa jadi ibu bukannya tidur. Tapi lagi asyik mengocok-ngocok memeknya dengan kontol karetnya sambil nonton adegan seorang ibu yang tengah ngentot sama buah hati lelakinya. Cuma karena terlalu kecapaian, saya langsung masukkamar dan tidur.